“Buku adalah pembawa peradaban. Tanpa buku, sejarah itu sunyi, sastra itu bodoh, sains lumpuh, pemikiran dan spekulasi terhenti. Buku adalah mesin perubahan, jendela dunia, mercusuar yang didirikan di lautan waktu” -Barbara W. Tuch man
Sejauh ingatan saya, dahulu saya bukan termasuk siswa yang malas membaca buku. Setiap jam istirahat sekolah, perpustakaan adalah tempat tongkrongan saya. Ketika SMP, tempat penyewaan komik dan novel menjadi destinasi rutin sepulang sekolah.
Sebagai pencinta buku, saya juga memimpikan suatu saat ingin menerbitkan sebuah buku. Maka saya memulai mimpi itu dengan membuat sebuah blog. Saya berlatih menulis di blog pribadi sejak SMA, dan terus berlangung hingga kuliah.
Setelah lulus kuliah dan mendapatkan pekerjaan, kegiatan membaca saya mulai berkurang. Saya mulai sibuk dengan pekerjaan dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu luang untuk tidur. Setelah menikah apalagi, cucian yang menumpuk, rumah berantakan, anak yang rewel dan setumpuk pekerjaan lainnya, membuat saya melupakan buku untuk waktu yang lama. Begitu juga dengan blog, saya mengabaikannya bagai rumah tak berpenghuni hingga bersarang laba-laba.
Pentingnya Ibu Rajin Membaca
 |
pixabay.com |
Sebagai seorang ibu, ada sesuatu yang hilang dalam diri ini ketika saya tidak lagi menyentuh buku. Saya merasa menjadi bukan teladan yang baik untuk anak saya. Saya merasa mengabaikan kualitas diri sebagai pendidik, padahal ibu adalah madrasah pertama untuk anak. Bagaimana anak saya menjadi pecinta buku jika saya tidak mencontohkan? Bagaimana anak saya bisa menjadi anak yang cerdas ketika ibunya malas membaca?
Ibu adalah pondasi utama keluarga. Jika ibu rajin membaca, tidak hanya bermanfaat untuk dirinya, namun juga seluruh keluarga. Ibu adalah pencetak generasi bangsa yang cerdas. Itulah pentingnya ibu rajin membaca.
Apalagi ditengah gempuran teknologi digital, dimana informasi mengalir deras, banyak hoax yang membuat masyarakat mudah terprofokasi. Ibu harus memiliki banyak pengetahuan untuk tetap bertahan di jalan yang benar.
5 Strategi Mengatasi Malas Membaca Buku
“Membaca adalah upaya merengkuk makna ikhtiar untuk memahami alam semesta. Itulah mengapa buku disebut jendela dunia, yang merangsang pikiran agar terus terbuka” ― Mata Najwa
Beberapa ibu yang saya temui sebenarnya suka membaca, namun mereka kesulitan menentukan waktu yang tepat untuk membaca. Beberapa ibu lainnya memiliki alasan yang hampir sama, mereka sudah lelah seharian menjaga anak dan melakukan pekerjaan rumah, sehingga ketika dihadapkan dengan buku, mata tak mau berkompromi. Rasa ngantuk, rasa bosan dan lelah menyelimuti mereka ketika memegang buku.
Untuk itu saya ingin membagikan lima strategi berikut agar para ibu kembali mencintai buku.
Menciptakan Waktu Untuk Membaca
Untuk ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan never ending, membaca tidak bisa dijadikan sebagai kegiatan di waktu luang, karena tidak akan ada waktu untuk itu. Maka kita perlu menciptakan waktu untuk membaca.
Pertama-tama tentukan waktu yang tepat untuk membaca buku. Waktu dimana kita bisa membaca dengan tenang tanpa gangguan. Setelah menemukan waktunya, coba tentukan tempat dimana kita akan membaca. Setelah itu katakan pada diri, bila perlu ditulis dengan format berikut:
“Saya akan membaca pada jam (WAKTU), di (TEMPAT)”
Misalkan, “Saya akan membaca buku sebelum tidur jam 21.00 WIB di ruang TV”. Formula ini saya adaptasi dari buku Atomic Habits karya James Clear. Namanya adalah niat implementasi. Terkadang orang hanya berniat mau membaca buku, tapi tidak ditentukan secara rinci kapan dan dimana ia akan melakukannya, hingga akhirnya menjadi mudah terlupakan. Dengan merencanakan secara terperinci, suatu niat lebih besar kemungkinannya untuk dilaksanakan.
Membuat Lingkungan yang Mendukung
Taukah kamu bahwa posisi produk-produk di supermarket menentukan banyaknya penjualan? Produk-produk yang sejajar dengan mata pembeli, mudah dilihat dan diraih akan lebih banyak dibeli daripada produk yang sulit dijangkau mata dan tangan. Jadi peluang untuk dibeli sering kali bukan karena produknya, tapi karena posisinya.
 |
pixabay.com |
Sama halnya dengan buku. Jika kita ingin menumbuhkan kebiasaan membaca, jangan mendukung rasa malas untuk membaca dengan menaruh buku di tempat yang sulit dijangkau. Taruhlah buku di tempat-tempat yang strategis, sehingga kita mudah melihat dan meraihnya.
Dulu saya menaruh buku di rak buku yang letaknya jauh dari tempat saya sering duduk santai. Lalu saya memindahkan buku-buku itu di atas meja, di rungan keluarga. Akibatnya, saya lebih sering membuka buku ketimbang menonton TV atau membuka media sosial.
Memilih Buku Yang Disukai
 |
pixabay.com |
Pemilihan buku juga mempengaruhi minat baca kita. Jika buku yang kita pilih tidak menarik, biasanya kita akan mudah bosan dan cepat menyerah untuk menuntaskan isi buku. Seperti kata Najwa Sihab sebagai Duta Baca Indonesia:
“Cuma butuh satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu. Mari jatuh cinta.”
Jadi, bagaimana cara menemukan buku yang menarik? Carilah buku yang sesuai dengaan minat kita. Misalkan saya suka ngeblog, maka saya membaca buku berjudul “Kiat Menghasilkan Uang dari Blog”.
Atau mencari buku-buku populer yang banyak disukai orang sepanjang masa. Biasanya, buku-buku yang viral dan mendapat banyak ulasan baik memicu rasa penasaran kita untuk membaca buku tersebut.
Selain itu, kita juga bisa membaca buku sesuai kebutuhan. Misalkan, butuh semangat untuk mencapai goals, maka bacalah buku-buku tema motivasi, sehingga kita akan terpicu untuk rutin membaca buku itu karena kita membutuhkan motivasi tersebut.
Bergabung dengan Komunitas Pembaca Buku
Mulailah membaca dari satu paragrafmu hingga tak terasa satu bukumu selesai. Tak perlu terburu-buru, lakukan saja dengan konsisten dan kamu akan merasakan kenikmatan membaca yang menakjubkan. —Ruang Baca Ibu (Komunitas Ibu Profesional)
Membaca buku sendirian sering kali terasa membosankan, namun jika kita memiliki teman untuk membaca, otomatis kegiatan membaca buku akan terasa jauh lebih mudah. Seperti baru-baru ini saya mengikuti grup “Ruang Baca Ibu” yang dibentuk oleh komunitas Ibu Profesional.
Jadi kegiatan di dalam grup ini adalah menantang para anggotanya untuk bisa menuntaskan buku dengan tebal minimal 200 halaman dalam satu bulan. Setiap hari kami harus setor bacaan minimal 5 lembar, dan untuk anggota yang melebihi batas ijin dan absen membaca tanpa keterangan akan dikeluarkan dari grup.
Menarik bukan? Saya yang awalnya malas membaca jadi bisa menuntaskan buku setebal 340 halaman kurang dari satu bulan. Maka dari itu, teman dan keluarga juga memiliki peran penting dalam mengatasi malas membaca buku.
Jika tidak menemukan komunitas seperti ini di lingkunganmu, maka ciptakanlah. Ajak suami, saudara, atau teman terdekat untuk tantangan membaca. Dengan demikian kamu tidak sendirian ketika membaca buku.
Aturan Dua Menit
 |
Pixabay.com |
Cobalah aturan dua menit yang dicetuskan oleh David Allen sebagai penulis buku Getting Things Done. Untuk memulai kebiasaan baru, kebiasaan itu harus dapat dilakukan dalam waktu kurang dari dua menit. Cara ini sangat efektif untuk membentuk kebiasaan baru, dari pada bergairah di awal namun meredup di akhir, hingga kebiasaan itu tak berjalan sesuai keinginan.
Lakukan sedikit demi sedikit untuk membentuk kebiasaan. Misalkan, dari pada menulis rencana “membaca sebelum tidur setiap malam” lebih baik diubah menjadi “Membaca satu halaman setiap hari”. Lakukan semudah mungkin untuk memulai kebiasaan membaca.
Reward and Punishment
Untuk menjaga kebiasaan membaca buku terus berlanjut, hadiah dan hukuman akan sangat diperlukan. James Clear dalam buku Atomic Habits menyebutkan batas maksimal mangkir dari kebiasaan adalah dua kali. Jangan lebih dari itu. Jika lebih dari dua kali, segeralah lembali ke jalan yang benar secepat mungkin.
Maka dari itu, buatlah kontrak untuk diri sendiri. Kira-kira hukuman apa yang akan kita dapatkan jika melanggar kontrak kebiasaan membaca. Misalkan, Jika saya tidak membaca lebih dari dua kali dalam sebulan, maka saya akan memberikan uang sebesar Rp50.000 kepada suami saya.
Selain hukuman, beri juga hadiah untuk diri sendiri setiap kali menyelesaikan suatu misi dalam membangun kebiasaan membaca. Tak perlu hadiah mahal, misalkan “Saya akan membeli es krim mixue ketika selesai membaca buku ini”. Jika memiliki uang, boleh-boleh saja menghadiahi diri dengan sesuatu yang berkesan. Hal ini akan membuat pengalaman membaca menjadi lebih memuaskan.
Demikianlah 5 cara saya mengatasi rasa malas membaca buku. Terbukti, dengan membangun kebiasaan membaca, tulisan ini pun tercipta. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk para ibu di luar sana yang sedang berusaha mengatasi malas membaca buku.
Membaca buku-buku yang baik, berarti memberi makan rohani yang baik. —Buya Hamka