
Antri Panjang! Makan Pecel Pincuk Asli Putra Madiun Sepulang Sholat Ied Adha
Daftar Isi

Hampir setiap tahun kami melaksanakan sholat Idul Adha di Lapangan Rampal. Hanya di tahun 2023 kami memilih sholat di masjid dekat rumah. Tahun ini, kami kembali ke Rampal untuk melaksanakan sholat Ied Adha.
Seperti biasa, sholat Ied di lapangan Rampal nyaman dan tidak berdesakan. Anak kami Aisyah bisa berlarian ke sana dan kemari setelah sholat, sambil mendengarkan khutbah imam tentang kisah Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail.
Jajan Crepes Setelah Sholat Ied
Biasanya sepulang sholat, kami langsung jajan di lapak penjual yang ada di pinggir lapangan. Tak seperti dua tahun yang lalu, ada banyak penjual, mulai dari cilok, telur gulung, dan lain sebagainya. Kali ini hanya penjual crepes yang terlihat. Kami memutuskan untuk membelinya.
Tak hanya crepes, ternyata di sana juga menjual corndog isi sosis, serta sosis bakar. Akhirnya kami membeli crepes rasa cochochips susu, dan satu corndog. Harga masing-masih 10 ribu rupiah.
Saya sudah menggerutu dengan harga crepesnya yang mahal, padahal hanya adonan tepung cair begitu. Ternyata setelah dimakan, rasa crepes ini berbeda dengan crepes-crepes yang pernah saya beli. Crepesnya wangi dan renyah, tak hanya rasa tepung seperti crepes lainnya.
Corndognya juga besar, renyah di luar dan empuk di dalam. Kalau kamu ke Lapangan Rampal, bisa nih dicoba. Lokasi lapaknya dekat pintu masuk parkiran depan kolam renang.
Pecel yang Antri Panjang!

Pulang dari lapangan Rampal kami mencari sarapan. Rencananya kami ingin makan pecel glintung, namun ternyata tutup. Lalu suami teringat akan pecel yang pernah dimakannya. Lokasinya sama dengan tempat ceker pedas favoritnya.
Namanya sih Pecel Pincuk Asli Putra Madiun, tapi sudah terlalu banyak pecel yang memberikan embel-embel kota Madiun ternyata rasanya tak sesuai dengan namanya.
Melihat antriannya yang cukup panjang, seharusnya rasanya enak. Atau hanya karena pecel ini yang buka di hari Raya, jadi semua orang antri makan di sini?
Setelah beberapa saat mengantri, akhirnya tibalah giliran saya. Terlihat lauk pauk berjejer di balik kaca rombong. Karena kaca mata saya ketinggalan, saya tidak bisa melihatnya dengan jelas. Saya langsung saja memilih nasi pecel dengan lauk telor ceplok dan tempe, anak saya memilih telur dadar dan tempe, sedangkan suami memilih sate daging sapi. Ada pilihan bumbu pecel pedas dan tidak pedas di sini.
Rasa Asli Pecel Madiun?

Momen of truth. Dari penampakannya mirip dengan salah satu pecel yang terkenal di Madiun asli. Mengapa saya bilang begitu? Karena selain peyek, dia juga menggunakan kerupuk nasi.
Sebagaimana pecel pincuk pada umumnya, nasi pecel disajikan dengan piring rotan dan daun pisang. Isi sayurannya tidak hanya kecambah dan sayuran hijau, tapi juga ada bunga turi dan timun di dalamnya. Bunga turinya masih renyah dan tidak pahit sama sekali.
Nasi yang digunakan pulen, dan bumbu pecelnya kental, wangi daun jeruk, manis dan gurih. Bisa dibilang 85% mirip dengan pecel Madiun asli yang pernah saya makan. Oya, sate daging sapi yang suami pesan juga empuk dan ada bau asap yang nembah kenikmatan.
Untuk tiga piring nasi pecel dengan tambahan satu minuman kemasan 500ml, kami merogoh kocek 60 ribuan saja.
Tempat Terbatas dan Tak ada Parkiran
Karena pecel ini memang bukan warung rumahan, hanya warung nasi di pinggir jalan, tempat untuk makan di tempat sangat terbatas. Parkir kendaraan juga di pinggir jalan, jadi tidak bisa berlama-lama makan di tempat.
Tempat pecel ini bergantian dengan penjual lainnya, jadi selepas magrib warung pecel akan berubah menjadi pedagang ceker pedas. Nah, ini juga favorit suami, dulu hampir tiap hari sepulang kerja dia selalu mampir membeli ceker pedas di sini.
Kamu sudah pernah coba pecel ini atau belum? Kalau belum, bisa mampir ke alamat di bawah ini ya:
Pecel Pincuk Asli Putra Madiun


