Proses ta'aruf: Sebuah Pilihan
![]() |
Sumber gambar: Tribun medan |
Ta’aruf berasal dari kata ta’aarafah yang artinya berkenalan. Secara umum ta’aruf adalah berkenalan dengan siapa saja baik laki-laki maupun perempuan.
Secara khusus, ta’aruf antara laki-laki dan perempuan dalam islam memiliki arti yang berbeda. Ta’aruf di sini adalah proses penjajakan dan mengenal calon pasangan hidup dengan menggunakan bantuan dari seseorang atau bisa juga dengan menggunakan lembaga yang bisa dipercaya sebagai mediator atau perantara dalam memilihkan pasangan sesuai dengan kriteria yang diinginkan seseorang yang merupakan suatu proses awal menuju jenjang pernikahan. (Abdullah dalam Fillah, 2011)
Dalam tulisan ini saya ingin berbagi kisah tentang proses ta’aruf yang saya jalani. Tapi sebelumnya, saya ingin menceritakan bagaimana awal mulanya hingga saya dipertemukan dengan jodoh melalui jalan ta’aruf.
Saya bukanlah orang yang alim-alim banget. Hijab saya nggak selebar muslimah pada umumnya yang melaksanakan ta’aruf. Saya juga belum membatasi diri untuk bersentuhan dengan lawan jenis. Pokoknya saya itu ordinary girl banget.
Saya pernah pacaran sekali, dulu waktu SMA. Setelah itu saya memutuskan untuk nggak pacaran lagi. Tapi ya namanya anak ababil, pas masuk kuliah ya tetep aja deket sama cowo. Meski nggak pacaran, tapi kita sering jalan berdua, kulineran berdua, beli buku berdua, jalan-jalan berdua, nggak ada bedanya sama orang pacaran. Pernah juga dapet cobaan, ditembak sama cowo yang ditaksir. Kalau pas dateng si setan merah udah pasti saya jawab “Ya”. Alhamdulillah masih diberi rasa takut, makanya nggak lanjut buat pacaran.
Lulus kuliah, beberapa lamaran mulai datang. Mulai dari anak dari teman ayah atau ibu, sampai teman jaman SMA. Tapi ya namanya bukan bukan jodoh, mau dikata apa? Ada saja hal-hal yang membuat proses itu tidak lanjut ke jenjang pernikahan. Kebanyakan penyebabnya ada di pihak saya. Entah mengapa saya selalu merasa nggak sreg. Sampai-sampai saya dicap terlalu pemilih.
Saya sebenarnya menginginkan proses yang tidak bertele-tele. Tapi di jaman sekarang, susah menunggu keajaiban itu terjadi. Kudu pacaran dulu, kalau sudah sama-sama yakin baru lanjut ke jenjang pernikahan. Normalnya begitu.
Ada sih yang nggak bertele-tele, seseorang pernah nembak saya sekaligus melamar. Tapi kesannya seperti terburu-buru. Saya belum memiliki gambaran apa pun tentang dia. Ingin mengajak lebih dekat dengan proses syar’i susah, karena dia nggak ada niat untuk menempuh proses itu. Keseriusannya saya hargai, tapi prosesnya yang membuat saya tidak ingin lanjut.
Menurut saya, satu-satunya jalan menuju pernikahan yang nggak bertele-tele dan jelas orang dan tujuannya adalah ta’aruf. Masalahnya adalah, saya bukan bagian dari kelompok pengajian mana pun yang memiliki akses untuk ta’aruf. Saya cuma datang ke kajian-kajian umum yang ustadnya berganti-ganti setiap minggunya. Saya juga cuma wanita biasa yang ilmu agamanya masih cetek. Bagusnya, saya masih ada keinginan untuk terus belajar dan memperbaiki diri.
Sempat saya titip biodata ke adik saya yang ikut suatu pengajian, tapi saya menyadari kalau saya memang bukan dari golongan mereka dan tidak mengenal mereka, jadi ya sulit mendapatkan rekomendasi dari murabbi mana pun.
Untungnya saya tidak putus asa. Masa sih, Allah nggak mengabulkan niat baik saya? Akhirnya saya memutuskan untuk belajar lagi tentang proses ta’aruf. Nah, waktu lagi-cari-cari informasi di internet, tanpa sengaja saya menemukan sebuah situs. Rumah Ta’aruf Myquran, adalah sebuah rumah ta’aruf online yang berawal dari sebuah forum diskusi islam online Myquran. Untuk informasi lebih lanjut bisa kunjungi alamatnya di www.rumahtaaruf.com.
Setelah berpikir dan menimbang cukup lama, akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar. Selain gratis, saya yakin bahwa rumah ta’aruf myquran ini aman. Tak lama mendaftar, ada beberapa ikhwan yang tertarik dengan biodata saya, tapi sayang belum ada yang membuat hati ini sreg. Saya juga tidak diam saja, beberapa kali saya menawarkan CV pada mediator untuk disampaikan pada ikhwan yang menurut saya cocok di hati. Tapi peraturan administrasi selalu menghambat proses tersebut. Hampir semuanya karena biodata saya tidak sesuai dengan keinginan ikhwan, biasanya tentang domisili. Saya rasa peraturan di rumah taaruf ini cukup ketat jadi membuat kita memiliki sedikit kemungkinan untuk bertukar biodata kalau tidak benar-benar sesuai dengan keinginan kedua belah pihak. Selain itu, proses komunikasi dengan admin via email mengharuskan kita bersabar karena sekali kirim email balasannya dua minggu kemudian.
Akhirnya saya merasa tidak bisa hanya mengandalkan rumah ta’aruf ini. Saya yakin bukan cuma saya yang membutuhkan media semacam ini, masa sih cuma situs ini saja yang menyediakan ta’aruf online? Akhirnya setelah lama mencari, saya menemukan sebuah rumah ta’aruf yang berpusat di jogja. Namanya Rumah Ta’aruf Taman Surga (RTTS). Saya berkunjung ke blognya, dan mempelajari isi blog tersebut. Jujur saja, awalnya saya tidak yakin dengan RTTS karena blognya lebih mirip jualan online. Tapi melihat kegiatan-kegiatan offline yang dilaksanakan di Jogja, membuat kekhawatiran ini sedikit berkurang.
Berbeda dengan rumah ta’aruf my quran yang gratis, untuk daftar di RTTS waktu itu dikenakan infaq sebesar 200ribu. Sepertinya untuk sekarang peraturannya sudah diperbaharui. Saya memutuskan untuk mendaftar setelah merasa yakin kalau saya telah memenuhi syarat pendaftaran yang tertera di blog. Waktu itu saya pasrah saja, saya niatkan uang pendaftaran itu benar-benar untuk infaq. Jadi kalau memang ternyata dikemudian hari blog itu penipu, saya nggak nyesel-nyesel amat.
Setelah mengisi formulir dan resmi menjadi anggota, saya dimasukkan ke dalam sebuah grup whatsapp yang beranggotakan para akhwat yang juga sedang mencari pendamping hidup alias jomblo. Grup itu berisi tentang diskusi seputar permasalahan jodoh dan pernikahan, kajian islami khusus jodoh, dan informasi biodata ikhwan yang mendaftar di RTTS. Lebih khusus lagi, biodata ikhwan juga tersedia di grup telegram.
Seperti biasa, dalam proses ini saya tidak mau hanya menunggu. Saya mencoba menanyakan beberapa biodata ikhwan kepada mediator. Alhamdulillah mediator RTTS cepat respon, tidak sampai 2 x 24 jam sudah dibalas.
Terhitung dari bulan juni 2016 saya mendaftar, setelah melalui proses tanya jawab yang panjang dengan mediator, setelah melalui ketidak-klik-kan berkali-kali dan belum ada satu pun yang berhasil melewati proses bertukar biodata, baik dari ikhwan yang saya tanyakan maupun dari ikhwan yang tertarik pada saya. Barulah pada bulan september 2016, akhirnya saya menemukan sebuah biodata yang menarik hati.
Setelah memastikan pada mediator bahwa ikhwan teresebut tidak sedang proses ta’aruf dengan siapa pun, saya langsung meminta mediator untuk menyampaikan biodata saya kepada ikhwan tersebut.
“Lho, nggak mau lihat fotonya dulu mba?” tanya mediator. Jujur saya agak terkejut waktu ditanya begitu. Bisa-bisanya saya lupa minta foto, padahal itu adalah hal yang nggak pernah saya lewatkan kalau tanya-tanya sama mediator. Agak deg-degan waktu mediator kirim fotonya, saya takut merasa ngggak klik lagi.
Akhirnya setelah dikirim fotonya, Alhamdulillah tidak ada yang
berubah dengan keinginan saya untuk meneruskan CV kepada ikhwan
tersebut. Beberapa hari kemudian, mediator memberi kabar bahwa ikhwan
tersebut menyetujui untuk melanjutkan perkenalan….
lanjut ke Proses ta’aruf: Tahap-Tahap Ta’aruf online