Setting Mental Untuk Menghadapi Perubahan
Well, pertama-tama sebelum saya memulai isi dari postingan ini, saya ingin mengakui kegagalan. Haha. Saya mengakui kalau saya telah gagal total dalam melaksanakan challenge One Day One Post yang diselenggarakan oleh Blogger Muslimah.
Dalam postingan “One Day One Post: Challenge To Be A True Blogger” saya memprediksi bahwa hambatan yang akan saya hadapi adalah kehabisan ide. Ternyata eh ternyata, bukan itu saja, tapi buanyak hambatan dan rintangan menghalang ngalah-ngalahin perjalanan kera sakti mencari kitab suci ke barat. Mulai dari bawaan hamil yang engga pengen pegang laptop sama sekali, bepergian ke rumah mertua engga bawa alat tempur, sibuk sama project rajutan di craftlotus.id, sibuk rujakan sama ibu-ibu kompleks, sibuk guling-guling di kasur seharian dan semua alasan yang nggak masuk di akal. And yes, I’m failed.
Oke baiklah, mari kita tinggalkan pengakuan kegagalan saya. Semoga di kesempatan selanjutnya saya bisa ikutan lagi dan berhasil. Amiin.
Bicara tentang perubahan, dalam hidup kita banyak mengalami yang namanya perubahan. Kadang senang, susah, sedih, lapang, sempit, semua silih berganti mampir di kehidupan kita. Tidak ada orang yang selamanya merasa bahagia dan tidak merasakan kesedihan, begitu pun sebaliknya. Tidak ada orang yang selamanya kesusahan tanpa mengalami kemudahan, begitupun sebaliknya. Kadang kita dihadapkan dengan orang-orang baru dengan kebiasaan yang sama sekali berbeda dengan orang yang kita temui sebelumnya, kadang kita dihadapkan pada situasi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Perubahan akan selalu terjadi dalam kehidupan kita, baik itu perubahan ke arah yang lebih baik atau ke arah yang lebih buruk. Pada suatu titik, beberapa dari kita (atau semua pernah mengalami) takut dengan yang namanya perubahan. Tanpa disadari, saat kita merasa kehidupan kita baik-baik saja, kita tidak ingin ketenangan itu berubah (ke arah yang lebih buruk), celakanya kita bahkan tidak ingin melangkah ke arah yang lebih baik karena takut gagal. Bila hal ini terjadi, secara tidak langsung kita menolak fakta bahwa kehidupan itu dinamis. Ini berarti kita telah masuk pada zona nyaman. Zona yang menurut saya sangat berbahaya. Zona ilusi yang membuat kita menolak fakta bahwa kita hidup dan akan selalu mengalami perubahan kecuali kita mati.
Pengalaman saya tentang perubahan (besar) dalam hidup dimulai saat lulus kuliah. Saat bertahan pada keputusan untuk tidak ingin menjadi PNS, orang tua saya memiliki keinginan yang sebaliknya. Saya berusaha selama hampir dua tahun untuk mendapatkan ijin keluar dari kota kelahiran. Selama itu pula saya bertahan memenuhi permintaan orang tua untuk bekerja di instansi pemerintah dengan status magang yang pastinya tidak digaji.
Secara ajaib di suatu waktu saya mendapatkan ijin orang tua dan diwaktu yang sama saya diterima sebagai tenaga kontrak walikota, di salah satu instansi pemerintah kota Surabaya. Kehidupan saya berubah 180 derajat. Mulai dari pindah dari kota kecil ke kota besar, gaji yang awalnya nol jadi melebihi UMR, menghadapi pekerjaan yang sama sekali berbeda dari sebelumnya, dan lain-lain.
Selama satu setengah tahun bekerja di ibu kota provinsi, hidup saya kembali berubah. Saya dipertemukan dengan jodoh. Permasalahannya adalah, jodoh saya tinggal di kota yang berbeda. Jodoh saya tidak mau LDR meski jarak Surabaya-Malang cuma dua jam. Saya diberi waktu untuk resign dari pekerjaan maksimal 2-3 bulan. Mempertimbangkan kewajiban-kewajiban saya sebagai seorang istri, akhirnya saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan. Padahal banyak dari teman-teman saya yang rela LDR untuk mempertahankan pekerjaan ini.
Well, pada saat itu saya tanamkan dalam diri saya, bahwa hidup itu dinamis. Ini bukanlah keputusan bodoh, tapi ini adalah suatu kewajiban. Meski banyak yang menyayangkan keputusan ini, tapi saya yakin, selama ada ridha orang tua dan suami semua akan berjalan dengan baik. Rejeki Allah yang mengatur, tinggal bagaimana kita memanfaatkan segala kemampuan yang kita miliki sebaik mungkin.
Bukan tidak mungkin, setelah saya menikah, menjalankan hobi yang mungkin akan menjadi bisnis sukses (amin), akan terjadi perubahan-berubahan lain yang membuat saya harus ber-manuver jauh dari apa yang diharapkan. Yeah, ini hidup. Selalu ada perubahan, but it’s oke. Semua Allah yang mengatur, kita tidak perlu khawatir.
Jadi, setting mental kita untuk selalu siap menghadapi perubahan apa pun. Pertimbangkan baik-baik mana yang harus dan tidak harus dilakukan berdasarkan kepentingan orang banyak, tidak hanya berdasarkan pada kepentingan diri sendiri.
Perubahan akan selalu ada, but it’s oke, karena hidup itu adalah perubahan.